Diriku menjelajahi
jalan setapak yang telah pergi dari keramaian yang membosankan. Aku jenuh. Hanya
segelintir orang yang masih terihat disepanjang jalan. Terutama beberapa pasangan yang
terang-terangan bercumbu di tempat seperti ini. Menjijikan.
Aku? Aku
hanyalah seorang gadis yang mungkin sudah beranjak dewasa. Aku ingat persis
dimana saat aku mengenalmu. Tak ada rasa sama sekali kurasakan. Namun rasanya
dewa cinta telah menancapkan panahnya padaku.
Aaaaaaaah....
hujan!! Haruskah aku berteduh? Tidak! Rasanya aku harus menembusnya. Biarkan orang
menganggapku bagai bocah tak berakal. Aku suka lalu mereka harus berbuat apa?
haruskah mereka mengatur hidupku? Lagipula siapa mereka? Tak pantas! Aku tersenyum
simpul akan anugerah Tuhan ini. Ajaib.
Indahnya dunia
kurasa saat aku mencintaimu. Aku mencandumu. Beribu khayalan sempat terbersit
dalam benakku. Khayalan untuk selalu bersamamu. Aku bahagia dengan perasaan yang
saat itu aku rasakan hingga tanpa aku sadari aku ceritakan semua hal itu pada
seluruh dunia.
Tertawa!
tertawa saja kalian yang melihatku berlari-lari sembari tersenyum ditengah
derasnya hujan ini. Diam! Jangan tatap aku seperti itu. Sakit.... sakit....
hatiku perih. Entah kenapa. Ini bukan suatu penyakit yang akan mematikan fungsi
alat tubuhku. Bukan itu. Tapi ini keperihan didalam rongga hati terdalam yang
membuatku tak mampu melakukan apapun. Aku lemah tak berdaya. Tapi aku masih
bisa berjalan. Tenang saja! Tak usah khawatirkan diriku.
Berita itu
mungkin terdengar hingga telingamu. Dan aku merasakan betul bahwa kau tengah
berjaga jarak denganku. Apa yang salah? kenapa kau mencoba menjauhiku? Aku memang
menyukaimu, aku jujur. Tapi adakah yang salah dari perasaanku hingga kau
menjauhi? Mungkin perasaan itu tak pantas tumbuh dalam jiwaku. Apa semua salah jika aku benar mencintaimu? Toh,
aku tak mengharapkan kau untuk jadi milikku.
Diantara
senyuman ini, diantara derasnya hujan ini, terselip tangisan yang tak bisa tertahan
karena begitu meraung-raung memerintahkanku untuk meneteskan air mata itu
bersama jatuh dengan turunnya air hujan. Mungkin air mataku ingin bersatu dengan
hujan. Atau mungkin air mata ini terpaksa keluar sebagai tanda perpisahan
antara aku dan perihku yang mungkin mengingatkanku bahwa ini kesedihanku yang
terakhir. Dan mungkin akan ada seseorang lain yang akan aku cintai di lain
waktu nanti. Meskipun puing-puing rasa ini masih terserak direlung jiwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar