Sabtu, 03 November 2012

TERKOYAK DALAM PENYAKIT



                Diriku menjelajahi jalan setapak yang telah pergi dari keramaian yang membosankan. Aku jenuh. Hanya segelintir orang yang masih terihat disepanjang  jalan. Terutama beberapa pasangan yang terang-terangan bercumbu di tempat seperti ini. Menjijikan.
                Aku? Aku hanyalah seorang gadis yang mungkin sudah beranjak dewasa. Aku ingat persis dimana saat aku mengenalmu. Tak ada rasa sama sekali kurasakan. Namun rasanya dewa cinta telah menancapkan panahnya padaku.
                Aaaaaaaah.... hujan!! Haruskah aku berteduh? Tidak! Rasanya aku harus menembusnya. Biarkan orang menganggapku bagai bocah tak berakal. Aku suka lalu mereka harus berbuat apa? haruskah mereka mengatur hidupku? Lagipula siapa mereka? Tak pantas! Aku tersenyum simpul akan anugerah Tuhan ini. Ajaib.
                Indahnya dunia kurasa saat aku mencintaimu. Aku mencandumu. Beribu khayalan sempat terbersit dalam benakku. Khayalan untuk selalu bersamamu. Aku bahagia dengan perasaan yang saat itu aku rasakan hingga tanpa aku sadari aku ceritakan semua hal itu pada seluruh dunia.
                Tertawa! tertawa saja kalian yang melihatku berlari-lari sembari tersenyum ditengah derasnya hujan ini. Diam! Jangan tatap aku seperti itu. Sakit.... sakit.... hatiku perih. Entah kenapa. Ini bukan suatu penyakit yang akan mematikan fungsi alat tubuhku. Bukan itu. Tapi ini keperihan didalam rongga hati terdalam yang membuatku tak mampu melakukan apapun. Aku lemah tak berdaya. Tapi aku masih bisa berjalan. Tenang saja! Tak usah khawatirkan diriku.
                Berita itu mungkin terdengar hingga telingamu. Dan aku merasakan betul bahwa kau tengah berjaga jarak denganku. Apa yang salah? kenapa kau mencoba menjauhiku? Aku memang menyukaimu, aku jujur. Tapi adakah yang salah dari perasaanku hingga kau menjauhi? Mungkin perasaan itu tak pantas tumbuh dalam jiwaku.  Apa semua salah jika aku benar mencintaimu? Toh, aku tak mengharapkan kau untuk jadi milikku.
                Diantara senyuman ini, diantara derasnya hujan ini, terselip tangisan yang tak bisa tertahan karena begitu meraung-raung memerintahkanku untuk meneteskan air mata itu bersama jatuh dengan turunnya air hujan. Mungkin air mataku ingin bersatu dengan hujan. Atau mungkin air mata ini terpaksa keluar sebagai tanda perpisahan antara aku dan perihku yang mungkin mengingatkanku bahwa ini kesedihanku yang terakhir. Dan mungkin akan ada seseorang lain yang akan aku cintai di lain waktu nanti. Meskipun puing-puing rasa ini masih terserak direlung jiwa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar