Merindukan
kamu adalah salahsatu kebiasaanku. Disaat tiap-tiap waktu yang tidak
mengizinkan aku untuk bisa sekedar melihatmu. Apa susahnya takdir menggariskan aku untuk bisa melihatmu? Jika takdir
tidak mau kamu dan aku jadi satu, apa salahnya jika takdir memberikan aku
kesempatan untuk melihatmu saja. Aku dan kamu tak akan menjalin hubungan jika
aku melihatmu dari jauh jika memang kalau kata ‘kita’ adalah kesalahan. Yang
aku inginkan hanya bisa lebih sering , melihatmu tidak ingin lebih. Tapi kenapa
hanya keinginan yang seperti itu saja, takdir masih sulit untuk mewujudkannya. Aku
sedang merindukan kehadiranmu memanjakan kedua bola mataku.
Aku ingin
kembali lagi sekedar tertawa melihat perilakumu dari sudut yang tak mungkin kau
ketahui. Lihat! Air mataku kembali mengalir memeluk getir kedua pipiku saat
kamu lagi-lagi hadir memenuhi otak dungu ini. Dungu karena sejak awal aku
mencintaimu aku masih takut menyatakannya. Aku sama sekali menyesal karena aku
tidak mengikuti apa yang dibisikan hati kecilku
Mungkin
kamu tak tahu betapa aku tak berhenti merutuki sikap bodohku.setiap kali kamu
menjelma dimataku, tak penah sedikit pun pandangan indah yang sudah Tuhan
anugerahkan padaku teralih. Jantung ini sudah tidak normal, jantungku sudah tak
waras dalam memainkan detakannya. Cepat sekali alunannya, kurasa.
Subahanallah..
sungguh aku tak bisa menahan segala haru akan ciptaanNya yang sangat sempurna. Kamu.
Hanya dengan beberapa detik saat kamu melintas melewatiku sudah menjadi sejarah
yang melekat bagai berjuta kenangan diingatan. Karena aku tahu, dilain waktu
nanti aku pasti tak akan pernah mendapatkan momen ini lagi. Suatu hari nanti
aku akan kehilangan segalanya.
Siapa namamu?
Sudah, aku sudah cukup tahu bahkan mengenalmu setelah aku lewati waktu
sendirian selama 3 tahun. Tapi apa? Kamu melakukan hal yang berbanding
terbalik. Kamu seolah sama sekali tidak ingin secuil pun mengetahui bahkan
penasaran terhadap wujud ‘si penguntit’mu ini. Hei kurus! Tak ingatkah kau
denganku? Yang dulu duduk denganmu saat kita ujian sekolah dulu?
Yang menegang
setiap kali berhasil mendengar suara dan desahan napasmu? Tak bermaksud apapun,
tapi apa kamu tak menyadari penantianku? Tanpa respon. Tanpa tanggapan. Kamu selalu
mengisi hari ditiap waktu aku bisa memperhatikanmu walau tanpa cakap.