Aku terjebak di dua
sosok yang belum tentu keduanya mencintaiku. Aku mencintai mereka. Bukan salah
satu dari antara mereka tapi keduanya. Ini memang perasaanku. Rasa cinta satu
hal yang sama sekali sulit terkendali. Hingga akhirnya aku terperosok di satu
titik dan tenggelam dalam sebuah tanda tanya.
Kamu adalah seseorang
yang dingin dan begitu menyenangkan. Kamu sederhana bagai alunan piano yang
mengalun sederhana memasuki relung jiwaku. Kau hujani aku dalam tenangmu. Tersenyum
dirimu bertanda haru. Mencoreng debu hilangkan aku. Kau mengaliri jiwaku dengan
segala keheninganmu. Namun karena sederhana itu yang buatku menjadi kalbu. Justru
karena sederhanamu yang membuatku bingung. Justru sederhanamu itu sebuah
teka-teki yang perlu aku cari jawabannya dan hanya tanda tanya yang aku dapat.
Dia adalah sosok yang
membuat hatiku lebih menyenangkan. Membuat tawaku erselip dalam hari-hari yang
menyesakkan. Tingkahnya berlebihan namun karena itu yang aku perhatikan
darinya. Dan tak ada kepura-puraan darinya. Namun tawanya bukanlah untukku. Si gadis
biasa yang tak mampu berapa-adanya.
“kamu bodoh! Kamu biarkan hatimu
sakit! Pelampiasanmu pun kau biarkan ikut menyakitimu. Seolah-olah mereka
berdua sudah menyusun rencana buruk untukmu!”
Aku
biarkan ucapan mereka menjadi tawar dan tak berguna. Hingga mereka pun bosan
menceramahiku dengan mulut mereka yang sudah berbusa dan meninggalkan aku yang
tengah mematung memikirkan penyakitku. Mereka benci dengan sikapku yang seperti
ini, tapi TEMAN tetaplah TEMAN.
Mereka
pergi. Aku menatap kepergiannya yang semakin menjauh dari pandanganku. Mereka pergi
dan membiarkan aku sendiri. Dan aku menangis.
“kamu
nggak seharusnya menangisi orang yang belum tentu mengerti apa itu arti tangis!”
sanggah seorang pria mencobamenemani kesendirianku. “tapi ini perasaan dan
bukan aku yang menginginkannya!”
“jadi kau mau apa dari mereka
berdua?”
“cinta?” jawabku polos. “apa yang kau inginkan dari mereka selain
cinta? Toh, kamu tahu mereka tak membalas cintamu.” Aku hanya mampu mematung.
“kau egois! Kau biarkan dirimu
terluka hanya demi mendapatkan cinta mereka. Sedangkan orang yang mencintaimu sama
sekali tak kau anggap sama sekali! Kau lebih mementingkan perasaanmu!”
“memang aku egois! Dan semua
orang egois! Termasuk kau! Siapa yang akan bertahan dengan wanita egois sepert
aku, hah?” “ masih tak mengertikah kau? Siapa
yang selalu memberikan pundak untukmu saat kau menagis?” katanya “ aku....! aku
yang rela sakit melihatmu berjuang mendapati orang yang kau cintai itu. Aku menahan
perih menatapmu yang selalu dalam sendu. Kau tak mengerti perasaanku.”sambungnya
lagi.
Aku
hanya mampu mematung. “aku selalu memperhatikanmu dari jauh dimana kamu
memerhatikan orang lain yang bukan aku. Apa kamu merasa sakitku? Kamu enggak
merasa bagaimana rasa perihnya hatiku sama seperti mereka yang juga tak
merasakan perihnya sakitmu.”
“aku mohon jangan seperti
ini...!”ucapku tak enak.
“Tolong beri aku alasan mengapa
kamu mencintai mereka dan beri aku alasan mengapa kamu tak bisa mencintai aku!”