Selasa, 12 Maret 2013

pengisi hari tanpa cakap


                Merindukan kamu adalah salahsatu kebiasaanku. Disaat tiap-tiap waktu yang tidak mengizinkan aku untuk bisa sekedar melihatmu. Apa susahnya takdir  menggariskan aku untuk bisa melihatmu? Jika takdir tidak mau kamu dan aku jadi satu, apa salahnya jika takdir memberikan aku kesempatan untuk melihatmu saja. Aku dan kamu tak akan menjalin hubungan jika aku melihatmu dari jauh jika memang kalau kata ‘kita’ adalah kesalahan. Yang aku inginkan hanya bisa lebih sering , melihatmu tidak ingin lebih. Tapi kenapa hanya keinginan yang seperti itu saja, takdir masih sulit untuk mewujudkannya. Aku sedang merindukan kehadiranmu memanjakan kedua bola mataku.
                Aku ingin kembali lagi sekedar tertawa melihat perilakumu dari sudut yang tak mungkin kau ketahui. Lihat! Air mataku kembali mengalir memeluk getir kedua pipiku saat kamu lagi-lagi hadir memenuhi otak dungu ini. Dungu karena sejak awal aku mencintaimu aku masih takut menyatakannya. Aku sama sekali menyesal karena aku tidak mengikuti apa yang dibisikan hati kecilku
                Mungkin kamu tak tahu betapa aku tak berhenti merutuki sikap bodohku.setiap kali kamu menjelma dimataku, tak penah sedikit pun pandangan indah yang sudah Tuhan anugerahkan padaku teralih. Jantung ini sudah tidak normal, jantungku sudah tak waras dalam memainkan detakannya. Cepat sekali alunannya, kurasa.
                Subahanallah.. sungguh aku tak bisa menahan segala haru akan ciptaanNya yang sangat sempurna. Kamu. Hanya dengan beberapa detik saat kamu melintas melewatiku sudah menjadi sejarah yang melekat bagai berjuta kenangan diingatan. Karena aku tahu, dilain waktu nanti aku pasti tak akan pernah mendapatkan momen ini lagi. Suatu hari nanti aku akan kehilangan segalanya.
                Siapa namamu? Sudah, aku sudah cukup tahu bahkan mengenalmu setelah aku lewati waktu sendirian selama 3 tahun. Tapi apa? Kamu melakukan hal yang berbanding terbalik. Kamu seolah sama sekali tidak ingin secuil pun mengetahui bahkan penasaran terhadap wujud ‘si penguntit’mu ini. Hei kurus! Tak ingatkah kau denganku? Yang dulu duduk denganmu saat kita ujian sekolah dulu?
                Yang menegang setiap kali berhasil mendengar suara dan desahan napasmu? Tak bermaksud apapun, tapi apa kamu tak menyadari penantianku? Tanpa respon. Tanpa tanggapan. Kamu selalu mengisi hari ditiap waktu aku bisa memperhatikanmu walau tanpa cakap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar