Sering air mata terus bercucuran dengan satu alasan yang tak
pernah bisa membekukan cairan yang muncul dari pelupuk mata. Alasan yang selalu
terngiang dan menyusup dicelah-celah bayangan buruk. Kamu, takdir, dan kita.
Waktu itu aku hanya sekedar mengagumimu karena tingkahmu
yang konyol yang selalu aku perhatikan disetiap sudut yang tak akan pernah kamu
sadari. Namun waktu berputar dan secara nyata menjungkirbalikkan rasa kagumku
menjadi secuil cinta.
Seakan labirin yang kita susuri lewat jalan yang berlawanan
mempermudah kerumitnnya hingga mempertemukn kamu dan aku disatu titik padahal
masih banyak jalan yang bisa dilewati. Tapi garis takdir meluruskan jalan
labirin yang tadinya berliku khusus untu kita.
Saat itu kamu menjadi mengenal bagaimana wujudku. Hal yang
tak aku suka karena kamu kenal aku tapi kamu mengenal namaku sebagai nama yang
bukan aku. Seolah aku berpikir bahwa kalau sebenarnya yang kamu kenal itu
rasanya bukan aku.
Semakin lama tingkahmu mulai menunjukkan rasa keakrabanmu
padaku. Tapi sejujurnya tidak. Hal ini hanya imajinasiku yang ingin
merealisasikannya. Kamu sebut-sebut aku dengan nama lain. Untuk apa kamu
mengenalku tapi keliru terhadap namaku.
Keseringan sekali kamu menyebut kesalahanmu terhadapnamaku
itu. Entah karena kamu memang tak tahu atau kamu salah orang yang malah
seharusnya orang lain atau mungkin hal itu menjadi alasanmu untuk bercakap
denganku? Hentikan! Pilihan yang terakhir bukan pilihan yang terbaik.
Sudah berapa kali aku mencoba membenarkan kesalahanmu itu.
Tapi tetap saja kamu melakukannya lagi dan lagi. Aku bosan. Apakah hal ini akan
terus berlangsung seperi ini tanpa ada perkembangan seperti yang selalu
aku harapkan dan yang selalu aku
elu-elukan disetiap doaku? Hey kamu yang selalu aku sematkan disetiap imajinasi,
lamunan, serta doaku, apa kamu bisa tatap mataku untuk bisa sadari semua
kesalahan ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar